Kantor Berita Internasional Ahlulbait – ABNA — Konferensi Internasional keenam tentang “Relasi Linguistik, Kultural, dan Peradaban Iran dengan Asia Timur” yang diselenggarakan oleh Jami'at al-Mustafa, setelah menerima 140 makalah ilmiah dan menggelar 60 pra-sidang, akan resmi ditutup pada Minggu (7/12). Kegiatan ini bertujuan memperkuat diplomasi budaya serta membangun poros peradaban Asia yang kokoh dalam menghadapi dominasi peradaban Barat, dengan menitikberatkan pada ikatan sejarah seribu tahun dan peran bahasa Persia dalam bidang keilmuan dan ekonomi.
Dalam konferensi pers yang digelar panitia, dijelaskan bahwa konferensi ini difokuskan pada pengenalan kembali hubungan historis antara Iran dan Asia Timur melalui tiga poros utama: bahasa, budaya, dan peradaban.
Asia sebagai Poros Awal Peradaban Manusia
Dalam pertemuan tersebut, Hujjatul Islam Dr. Seyyed Mostafa Motahhari, Sekretaris Ilmiah Konferensi, menjelaskan bahwa benua Asia dari sisi bahasa, budaya, dan peradaban merupakan wilayah peradaban manusia paling awal. Ia menambahkan bahwa keberagaman bangsa dan bahasa Asia menjadikan riset berskala internasional ini penting untuk membuka babak baru hubungan berbasis kesamaan-kesamaan fundamental.
Makalah dan Pra-Sidang: 11 Karya Terpilih dari 140 Naskah
Dr. Motahhari mengungkapkan bahwa sekitar 140 makalah diterima dari dalam dan luar negeri dalam berbagai bahasa seperti Inggris, Arab, Persia, Mandarin, Korea, dan bahasa lainnya. Sebanyak 60 pra-sidang juga telah dilaksanakan secara luring dan daring dalam delapan bahasa. Seluruh makalah terpilih akan dicetak dalam jurnal ilmiah bereputasi ISC serta buku kumpulan abstrak pasca-konferensi.
Ikatan Sejarah Seribu Tahun dan Fokus Asia Tenggara
Dr. Mohammad Qorbanpour Delavar, Wakil Rektor Riset sekaligus Sekretaris Eksekutif Konferensi, menyatakan bahwa ini merupakan konferensi keenam yang digelar selama tujuh tahun terakhir oleh lembaga tersebut dalam berbagai kawasan dunia. Ia menegaskan bahwa hubungan historis Iran dengan kawasan Asia, khususnya Asia Tenggara, telah berlangsung lebih dari seribu tahun dalam bidang ekonomi, keilmuan, dan budaya.
Negara-negara yang menjadi fokus kajian meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand, Korea, dan Filipina, serta karya ilmiah dari negara-negara tersebut juga turut diterima.
Sebanyak 11 makalah terbaik akan dianugerahi penghargaan pada hari penutupan, dengan bahasa penulisan meliputi Persia, Inggris, Arab, dan Mandarin. Upacara penutupan akan dihadiri oleh Ayatollah Dr. Abbasi, pimpinan Jami'at al-Mustafa.
Pengaruh Sastrawan Besar Persia dalam Sastra Asia Timur
Dr. Motahhari juga menjelaskan bahwa salah satu tema penting konferensi ialah penerjemahan karya-karya sastra Persia ke dalam bahasa-bahasa Asia. Ia mengungkapkan bahwa para peneliti Tiongkok mengirimkan sejumlah makalah tentang pengaruh Shahnameh dalam sastra Tiongkok. Ia menambahkan bahwa unsur mitologi dan simbol-simbol peradaban kuno menjadi titik temu penting antara sastra Persia dan sastra Asia.
Penguatan Diplomasi Budaya dan Penangkal Iranofobia
Dr. Mobini, Sekretaris Bidang Arab Konferensi, menegaskan bahwa tujuan strategis acara ini adalah memperkuat dialog regional dan internasional, mengembangkan kerja sama akademik, serta memperbaiki citra Iran di mata masyarakat Asia Timur yang masih terpengaruh isu Iranofobia. Ia mencontohkan pembahasan lintas negara tentang tema keluarga dalam Islam di China, Jepang, dan Thailand.
Membangun Poros Peradaban Asia Menghadapi Barat
Dr. Motahhari menekankan bahwa dunia saat ini tengah menyaksikan persaingan dua peradaban besar: peradaban Barat dan peradaban Timur. Menurutnya, kekuatan peradaban Iran hanya akan efektif jika berada dalam bingkai poros peradaban Asia yang terpadu.
Ia juga menyoroti bahwa hubungan kultural dan linguistik berdampak langsung pada ekonomi. Dahulu, hubungan ini terwujud melalui jalur perdagangan kuno seperti Jalur Sutra, dan kini berlanjut dalam bentuk “persaingan koridor ekonomi”. Salah satu pilar keberhasilan koridor ini adalah komunikasi bahasa.
Festival Budaya dan Rencana Kawasan Berikutnya
Dr. Qorbanpour mengumumkan bahwa festival budaya juga akan digelar bersamaan dengan acara penutupan. Dalam festival ini akan ditampilkan karya-karya terjemahan dan buku ilmiah dalam bahasa Filipina, Melayu, Thailand, Korea, Jepang, dan bahasa-bahasa Asia Timur lainnya, disertai peragaan budaya, adat, dan busana tradisional.
Terkait program mendatang, ia menjelaskan bahwa setelah sebelumnya menggelar konferensi Iran–Amerika Latin dan Iran–Asia Barat, kawasan Asia Tengah, Kaukasus, dan Rusia direncanakan menjadi fokus konferensi berikutnya.
Your Comment